infomjlk.com — Sebuah situs purbakala menyimpan misteri dan keunikan di area pemakaman Blok Sukamanah, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Majalengka. Dikenal sebagai Situs Sanghyang Lingga, peninggalan masa megalitik ini menarik perhatian tidak hanya karena nilai historisnya, tetapi juga bentuknya yang tak biasa.
Terletak hanya sekitar 100 meter di sebelah barat Jalan Raya Majalengka-Talaga, situs ini tersembunyi, namun dapat dijangkau melalui jalan setapak di samping kantor KUA setempat. Warga lokal memiliki sebutan yang cukup vulgar untuk situs ini, yaitu “batu sirit/silit,” lantaran bentuknya yang (maaf) menyerupai alat kelamin laki-laki. Nama lain yang juga dikenal adalah Situs Dalem Pananjung, karena lokasinya berada di kompleks makam tersebut.
Menurut kajian dalam buku ‘Sejarah Tatar Sunda’ (Nina H. Lubis dkk, 2003), Situs Sanghyang Lingga adalah peninggalan tradisi megalitik yang diyakini terkait dengan pemujaan oleh sekelompok masyarakat berkedudukan tinggi pada masanya.
Struktur utama situs ini terdiri dari sebuah menhir berbentuk phallus yang rebah. Bagian ujungnya disangga oleh dua batu bulat, yang disebut “batu pelo,” dan terletak di antara dua menhir lain—satu berbentuk phallus dan satu lagi berbentuk lingga, semuanya dikelilingi oleh batuan andesit.
Para ahli menafsirkan onggokan batu ini sebagai gambaran Gunung Mahameru. Bentuk phallus melambangkan kekuatan gaib yang memancar dari sosok yang dipuja. Sementara itu, keberadaan dua batu pelor dipercaya melambangkan jumlah kurban (binatang/manusia) yang ditanam sebagai penguat bangunan.
Situs yang kini berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang ini memiliki kesamaan fungsi dan bentuk dengan situs sejenis yang ditemukan di Pulau Nias, menegaskan adanya tradisi kebudayaan yang luas pada masa lampau. Situs Sanghyang Lingga adalah jendela yang membuka tabir kepercayaan leluhur Majalengka di era prasejarah.
